Jangan cepat menyerah, setiap masalah memiliki jalan keluarnya -Rini Suryani-

Selasa, 13 Januari 2015

Tanamkan Kecintaan Lingkungan sejak Dini -Koran Kompas-

Selasa, 2 Desember 2014

Di zaman ini jangankan mencintai lingkungan, justru banyak manusia yang merusak lingkungan. Tentunya orang yang mencintai lingkungan sangat langka terlebih orang yang mencintai lingkungan sejak usia dini hingga ia dewasa. Ibu Endang Pertiwi adalah salah satu dari orang langka tersebut.

 

Endang Pertiwi
Lahir: 15 Agustus 1968
Suami: MK Setiawan (44)
Anak:
1. Marza Khosy (17)
2. Izas Anwar Muhammad (15)
3. Zainura Nada Pertiwi (12)
Sekolah:
1. SD Kedungsari
2. SMP Grogol
3. SMA 1 Kediri
4. Universitas Udayana Jurusan Sastra Indonesia
Profesi: Herbalis

      Sejak kelas 3 SD Endang telah sering diajak ayahnya mendaki gunung dan melihat indahnya pemandangan. Hal inilah yang membuat Endang mengenal lingkungan dengan baik. Di dukung oleh orangtuanya seperti ayahnya yang merupakan seorang herbalis membuat kecintaan Endang terhadap lingkungan menjadi lebih dalam. Dan akhirnya ia pun menjadi seorang herbalis seperti ayahnya.
     Dengan bekal yang ia miliki sejak kecil mengantarkan Endang menjadi seorang pecinta lingkungan yang bahkan membuka Sekolah Alam Hijau Daun yang ia bangun pada medio 2011. Tentunya dengan kecintaannya mengenai lingkungan membuat ia menghias rumahnya dengan pepohonan rindang dan asri.
     Tak hanya pepohonan dan tanaman yang berada di lingkungan rumah bu Endang. Sekolah yang ia buat pun berada di sekitar rumahnya yang berdesign semi-terbuka yang menggambarkan tema dari sekolah tersebut. Di sekitar rumahnya pun ia membuat bank sampah dimana terdapat banyak sampah botol plastik di dalamnya untuk kemudian diolah.
     Keinginan Endang untuk membuat sekolah didasari oleh kerusakan yang banyak terjadi di lingkungan Indonesia maupun dunia. Oleh karena itu Endang berniat menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dan mendidik anak usia dini untuk mengenal dan menyayangi lingkungan serta menjaganya dengan baik. Hal ini pun didukung oleh suaminya.
     Sekolah Alam Hijau yang dibangun oleh Endang didalamnya terdapat siswa mampu maupun kurang mampu. Dalam tiga tahun perbandingan siswa mampu dan tidak mampu sebesar 50:50 persen. 
     Pada awalnya Endang memungut bayaran pada bulan-bulan pertama pembangunan Sekolah Alam Hijau Daun, namun dikarenakan banyak dari siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu Endang mebah kebijakan dalam sistem pembayaran menjadi Rp. 400.000 per tahun. Uang yang dibayarkan pun boleh dengan cara mengumpulkan sampah plastik untuk dijual dan jika melebihi Rp. 400.000 maka uang itu akan diberikan kepada keluarga siswa.
     Tak hanya memberi ilmu pada sekolah yang ia dirikan, Endang juga sering mensosialisasikan peduli lingkungan pada sekolah-sekolah lain. bahkan ia pernah tinggal di Bali selama 17 tahun dan juga aktif dalam komunitas pemerhati lingkungan di Kediri.

Kecintaan dan kepedulian Endang terhadap lingkungan tak hanya memberikan dampak positif baginya, namun juga masyarakat sekitar serta orang banyak. Contohnya sekolah yang ia dirikan, ia mengajak para masyarakat untuk mencari sampah plastik yang bisa dikreasikan lalu dijual hal itu menghasilkan dampak positif yang membuat para warga tidak membuang sampah sembarangan dan dapat menumbuhkan kreatifitas menggunakan sampah yang mereka kumpulkan. Dari hal itu juga mereka dapat menghasilkan penghasilan untuk kehidupan mereka. Endang seseorang yang sangat bermanfaat bagi orang lain dan bagi terawatnya lingkungan. Semoga banyak orang tersadar dengan kemuliaan sikap Endang ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar