Jangan cepat menyerah, setiap masalah memiliki jalan keluarnya -Rini Suryani-

Minggu, 11 Januari 2015

Pemain Terompet dari Bogor -Koran Kompas-

Jumat, 2 Januari 2015

Pemain terompet asal Bogor berkat kelihaiannya memainkan terompet, ia pernah dilirik oleh Singapura dan ditawarkan untuk hijrah ke Singapura dengan diberikan penghasilan sebesar Rp. 5 Juta untuk sekali tampil. Namun karena kecintaannya terhadap tanah airnya, ia tetap bertahan di Bogor dengan hanya mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 500 ribu per orang untuk sekali tampil.

 

Mami Saputra
♦ Umur: 62 tahun
♦ Istri: Oom  (57)
♦ Pendidikan: SD 
♦ Anak: Iman (33 )
   Yayah  (32) 
    Deni(31) 
   Tuti(30)
    Ina(29)
    Ridwan (13)
♦ Prestasi: awal November 2014, 
  juara I peniup trompet ”nayaga” silat pada Festival Seni Budaya Tradisional Pencak Silat 
Antarprovinsi Se-Indonesia  di Kota Bukit Tinggi, Sumatera Barat.

     Mami Saputra merupakan anak kedua dari enam bersaudara pasangan Ujum dan Ijah. Ia mulai belajar terompet sejak 1973 pada Soba (alm), seorang pemain terompet asal Jampang tengah yang terkenal kala itu. Awalnya Mami adalah pemain seruling, namun Soba (alm) berkata jika suling sudah banyak yang memainkan dan meminta Mami menekuni terompet.
      Jika orang lain memerlukan waktu berbulan-bulan untuk bisa memainkan terompet, namun Mami hanya memerlukan waktu semalam diajari, dan berlatih secara otodidak selama sebulan. Guru terompet Mami mengajaknya untuk tampil pada suatu pementasan dan hasilnya cukup baik. Ia diberi honor kala itu sebesar Rp. 5.000 awalnya ia menolak, namun gurunya berkata untuk mengambilnya karena itu merupakan honor baginya.
      Pada tahun 1977, Mami dijemput oleh seorang guru besar pencak silat di Bogor untuk bergabung dengan Pencak Silat Gugah Warga (PSGW) di Kampung Kebun Manggis, Kota Bogor. Pak Mumuh Guru Besar PSGW mendengar tentang Mami dan mengajaknya untuk tinggal di rumah Pak Mumuh. Di sini Mami terus meningkatkan kemampuannya meniup trompet dan ia akhirnya menjadi seorang yang handal.
     Setelah 3 tahun berada di rumah Pak Mumuh, Mami akhirnya pindah ke Desa Cikaret, Bogor Selatan, bersama istrinya, Oom. Di rumahnya, sejak tahun 1985. Mami sering didatangi oleh orang dari sejumlah negara untuk mempelajari trompet darinya. Ada yang berasal dari Malaysia, Inggris, Brunei, Belanda, Singapura, dan Inggris. 
     Meski Mami mengalami cacat di kaki kanannya sejak usia 12 tahun dan membuat ia harus bertumpu pada tongkat, hal itu tak membuat ia patah semangat, ia tetap mampu meniup terompet dan menghadiri acara-acara yang mengundangnya untuk tampil. Mami juga membuat gendang bersama anaknya untuk menambah penghasilan jika panggilan pentas sepi.
       Tawaran untuk hijrah ke Singapura ditawarkan oleh muridnya bernama Charina. Ia merasa lebih baik di negara sendiri dan membuat banyak relasi ketimbang di negara orang dengan penghasilan besar dan pengeluaran juga tentunya besar. Mami Saputra merasa puncak kariernya berada di saat ia menjadi nayaga  yang mengiringi 20 pesilat dari beberapa negara yang mengikuti Kejuaraan Dunia Pencak Silat di Jakarta pada 1992. 

Mami Saputra seorang peniup terompet senior yang terkenal dari Bogor. Ia juga pemimpin Seni Gendang Medal Saluyu Bogor. Ia sudah 37 tahun mengiringi pesilat tanding dan budaya di kota Bogor dengan trompetnya. Ia merasa prihatin dengan minimnya peniup trompet yang ada. Ia berkeinginan agar pemerintah bisa lebih peduli dan dapat membuka pelatihan agar para peniup trompet dapat bermunculan. Ia pun bersedia untuk menurunkan ilmu yang ia miliki kepada mereka yang ingin mempelajari trompet dan terus melestarikan trompet.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar