Jangan cepat menyerah, setiap masalah memiliki jalan keluarnya -Rini Suryani-

Rabu, 19 November 2014

Saatnya Membangun Desa

Pada postingan kali ini saya akan melampirkan kisah mengenai seseorang yang bernama Irman Meilandi. Seorang penjelajah yang menyelamatkan kampung halamannya. Kisah Irman ini diterbitkan pada kolom "Sosok" di Koran Kompas hari Rabu, 12 November 2014 yang ditulis oleh Cornelius Helmy Herlambang. Simak Kisahnya dibawah ini...

Irman Meilandi 
Lahir: Tasikmalaya, 7 Mei 1974
Anak:
- Marine Bentang Nur Fajri (6)
- Mutia Bintake Fatimah (4)
Pendidikan : 
- SD Cinunjang (Lulus 1986)
- SMPN 3 Tasikmalaya (Lulus 1989)
- SMAN 5 Tasikmalaya (Lulus 1992)
- Jurusan Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi, Sulawesi Utara (Lulus 2003)

   Irman Meilandi sekitar 10 tahun  yang lalu percaya diri untuk mempromosikan hutan Mandalamekar kepada rekannya yang aktif menyelamatkan owa Jawa. Hutan Pasir Bentang diyakini jadi tempat melepas satwa yang hampir punah. Namun dikarenakan pemanfaatan lahan sembarangan, Pohon besar hilang dan ratusan mata air musnah. Saat itu Irman sedang aktif melestarikan alam Raja Ampat, Papua Barat. Dan ia juga terus menekan pencemaran merkuri di tambang emas Tatelu dan mempromosikan Taman Nasional Bunaken di Sulawesi Utara.
     Kemudian disaat tahun 2009 Irman pulang kampung, ia langsung disuguhi pergulatan warga untuk menyelamatkan kawasan Kawangsoak seluas 132 hektar yang merupakan salah satu hutan penyimpan air. Irman melakukan pemetaan mandiri di kawasan Pasir Benteng. Irman berinisiatif membeli lahan untuk menyelamatkannya. Ia berencana untuk menanam ribuan pohon di atas lahan tandus tersebut.
     Irman mengajak temannya Dodi Rosadi untuk  membangun kembali kampung halaman mereka Mandalamekar yang mulai suram. Dodi memiliki bisnis laundry di Jakarta, awalnya ia tidak mempercayai Irman, lalu setelah ia pulang kampung pada tahun 2010, ia pun melihat keadaan kampung halamannya secara langsung. Langkah awal yang dilakukan Irman adalah dengan menghidupkan kembali Cabe khas yang sempat hilang peminat. Dan hasilnya pun mulai terlihat.
    Tak hanya membangun kembali kampung halamannya yang hampir punah, Irman pun mulai memperkenalkan teknologi kepada warga kampungnya. Ia membuat radio komunitas dan sebuah situs untuk pemberdayaan masyarakat, yaitu www.mandalamekar.or.id dan diperbarui dengan mandalamekar.desa.id yang menampilkan potensi dan aktivitas desa Mandalamekar.
     Irman menunjukkan sertifikat sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) atas Hutan Karangsoak serta gabungan Mekarsari, Cinunjang, Cinangsi, dan Cibereum. Sertifikat itu merupakan bukti kegigihan warga dalam membangun dan melestarikan hutan. Sebelumnya mereka menjuarai Konservasi Alam dan Penghijauan Tingkat Kabupaten Tasikmalaya tahun 2009 dan 2010. Dan Provinsi Jawa Barat menetapkan Mandalamekar sebagai posisi kedua dalam lomba konservasi tingkat Jawa Barat tahun  2011.
     Tak hanya itu, Irman pun pernah di undang ke Amerika Serikat dan mendapatkan Seacology Prize tahun 2011. Ia pun ikut bertanggungjawab mempromosikan Undang-Undang Desa ke sejumlah daerah. Dan ia ditawari untuk mempromosikan Mandalamekar ke desa lainnya.

Rasa kepedulian Irman Meilandi ini sangat menakjubkan. Kegigihan dan rasa tanggungjawab akan kampung halamannya begitu besar dan kuat hingga ia mampu membangun kembali kampung halamannya yang hampir mengalami kepunahan. Tak hanya peduli namun juga keinginan dan semangat yang dimiliki Irmanlah yang membuat ia berhasil membawa nama desanya melambung dan kembali bangkit. Semoga Irman dapat menginspirasi banyak orang akan tekadnya yang kuat dalam membangun kembali desa tercinta. Dan semoga tidak hanya peduli terhadap kampung halaman sendiri, semoga kita juga dapat peduli dan ingin membangun tanah air ini,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar