Jangan cepat menyerah, setiap masalah memiliki jalan keluarnya -Rini Suryani-

Rabu, 01 Juli 2015

FIELDTRIP KE KAMPUNG BETAWI-SETU BABAKAN

Saya kali ini akan memposting perjalanan fieldtrip yang saya lakukan bersama mahasiswa jurusan psikologi angkatan 2018 BINUS UNIVERSITY. Fieldtrip ini berlokasi di Setu Babakan, Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan, Indonesia dekat Depok. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Bapak RD. C. Suharyanto, M.Si., MA., LMFT., Bapak Rahmanto, dan Bapak Drs. Yosef Dedy Pradipto, L. Th, M. Hum selaku dosen-dosen psikologi angkatan 2018 untuk mata kuliah Ilmu Sosial untuk Psikologi: Filsafat Manusia, Sosiologi, dan Antropologi, di BINUS UNIVERSITY, karena berkat bapak dosen, maka acara fieldtrip ini dapat terlaksana dengan baik.  Sebelum saya menceritakan perjalanan yang saya lakukan, saya akan menjelaskan terlebih dahulu Setu Babakan dan apa saja hal yang ada di dalamnya. Perjalanan fieldtrip yang saya lakukan ini juga dapat dilihat pada video dibawah ini.


1.    DESKRIPSI LOKASI FIELD TRIP

Setu Babakan atau Danau Babakan berlokasi di Jagakarsa. Tempat ini khusus ditujukan untuk pelestarian dan kemajuan seni dan budaya Betawi yang merupakan penduduk asli dari kota Jakarta. Di dalam Setu Babakan ini berbagai kesenian dan pertunjukan budaya dari suku Betawi ditampilkan secara regular. Di dalam Setu Babakan ini juga terdapat rumah Betawi asli, makanan khas Betawi, dan jajanan pasar Betawi.
Setu babakan ini terletak tepat di sebelah kantor unit pengelola perkampungan budaya betawi. Sebelum melewati pintu masuk Setu Babakan, terdapat jadwal pergelaran kesenian Betawi di perkampungan budaya Betawi Setu Babakan yang berisi kegiatan seni yang akan ditampilkan tiap bulannya.

Gambar 1. Kantor Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi
Gambar 2. Jadwal Pergelaran Kesenian Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
Gambar 3. Foto-Foto Kegiatan di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
Gambar 4. Kegiatan Marawis di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

1.1.     Danau Babakan

Danau Babakan merupakan nama lain dari Setu Babakan, karena di dalam perkampungan budaya Setu Babakan ini terdapat danau yang luas. Dimana air danau ini berasal dari sungai Ciliwung yang berguna sebagai penampung air resapan untuk wilayah selatan Jakarta. 
Gambar 5. Danau Babakan 

1.2. Rumah Adat Betawi

Di dalam Setu Babakan terdapat rumah-rumah adat Betawi. Salah satu rumah adat betawi yang banyak terlihat adalah rumah adat Betawi bernama “Gudang” dan terdapat hotel yang dibangun menyerupai rumah adat Betawi.
Gambar 6. Rumah Adat Betawi "Gudang" di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

Gambar 7. Hotel yang Menyerupai Rumah Adat Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

1.3.     Kuliner

Terdapat berbagai wisata kuliner yang dapat dicicipi di dalam Setu Babakan. Mulai dari makanan dan minuman, hingga jajanan pasar khas Betawi. Kuliner yang dapat dicicipi antara lain seperti kerak telor, toge goreng, es selendang mayang, soto betawi, ketoprak, cilor, kue rangi, gulali, arum manis dan lain-lain. Para penjual makanan dan minuman ini berada di sekitar danau babakan. 
Gambar 8. Tenda-Tenda Penjual Makanan di Sekitar Danau Babakan

Gambar 9. Gerobak Makanan Khas Betawi

Gambar 10. Minuman Khas Betawi "Es Selendang Mayang"

Gambar 11. Makanan Khas Betawi  "Kerak Telor"
Gambar 12. Penjual Jajanan Khas Betawi  "Gulali"

Tak hanya makanan dan minuman khas betawi yang berada di Setu Babakan, oleh-oleh khas Betawi juga banyak dijual, seperti bir pletok, akar kelapa, kembang goyang, dan lain-lain.
Gambar 13. Oleh-Oleh Khas Betawi

1.4.     Fasilitas Rekreasi

Setu Babakan menyediakan beberapa fasilitas rekreasi untuk dinikmati oleh pengunjung. Fasilitas rekreasi ini beragam, seperti wisata air perahu bebek, dragon boat, dan lainnya. Dan jika kita ingin agar safety, maka disediakan pelampung baju untuk dipakai.
Gambar 14. Fasilitas Rekreasi Wisata Air di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

Gambar 15. Wisata Air Perahu Bebek

Gambar 16. Wisata Air Dragon Boat

Gambar 17. Kelompok KARDUS Menaiki Wisata Air Dragon Boat

2.    DESKRIPSI PERJALANAN

Pada hari Sabtu, 13 Juni 2015 tepat pukul 7 pagi, mahasiswa jurusan Psikologi angkatan 2018 BINUS UNIVERSITY, berkumpul di depan admisi kampus Anggrek BINUS. Kami dikumpulkan untuk diberikan arahan oleh Bapak Carolus dan Bapak Rahmanto selaku dosen untuk mata kuliah Ilmu Sosial untuk Psikologi: Filsafat Manusia, Sosiologi, dan Antropologi. Bapak Dedy yang juga sebagai salah satu dosen untuk mata kuliah ini, berhalangan hadir sehingga kami hanya dibimbing oleh Bapak Carolus dan Bapak Rahmanto.
Pada saat berkumpul di depan admisi ini, kami diberikan pengarahan mengenai aturan-aturan yang harus kami patuhi, pembagian bus yang akan kami naiki, dan pengarahan lain untuk menjaga keselamatan kami. Setelah pengarahan selesai diberikan, kemudian ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Bapak Carolus dan berfoto bersama. Lalu kami menaiki bus yang telah disediakan dan berangkat menuju Setu Babakan. 
Gambar 18. Suasana di Dalam Bus Kelas LB64 dan LC64
Setelah menghabiskan waktu selama lebih kurang satu setengah jam, akhirnya kami sampai dan langsung memasuki kawasan Setu Babakan. Setelah Bus berhenti, kami kemudian keluar dari bus untuk menuju tempat yang telah ditentukan.
Gambar 19. Peserta Fieldtrip Keluar dari Bus
Sebelum melakukan perjalanan, kami terlebih dahulu dikumpulkan di meeting point yang telah ditentukan. Pada meeting point ini kami diberitahukan rundown acara sehingga kami mengetahui kapan harus kembali berkumpul di meeting point setelah kami melakukan perjalanan bersama kelompok masing-masing.
Gambar 20. Bapak Rahmanto dan Bapak Carolus (Dari Kiri) Ketika Memberikan Pengarahan 
Kemudian kami diberikan kebebasan melakukan perjalanan bersama kelompok masing-masing untuk mengerjakan tugas dan berkeliling melihat situasi di kawasan Setu Babakan. Kelompok saya bernama KARDUS, yang merupakan singkatan dari Kami Anak Romo Dari Universitas binuS.
Gambar 21. Adit, Bunga, Pinky, Rini, dan Hanss (Dari Kiri)
 Kami mendapatkan tugas yang berkaitan dengan budaya/grup keluarga etnis yang berada di kawasan Setu Babakan. Dimana hal yang akan kami bahas adalah bagaimana mayoritas/minoritas etnis, sistem kekerabatan, tempat lahir, dan fasilitas budaya historik yang berada di kawasan Setu Babakan ini. Dalam rangka menjalankan tugas yang telah diberikan, kami kemudian memulai perjalanan kami di Setu Babakan dengan melakukan interview bersama beberapa penjual jajanan pasar khas Betawi.
Pertama kali kami melakukan interview kepada salah satu penjual jajanan khas betawi, cilor (aci telor). Namun dikarenakan sang penjual malu untuk di interview, sehingga ia hanya menjawab singkat dengan suara pelan. Namun kami menangkap dari apa yang ia katakan, bahwa bahan dasar dari cilor adalah sagu kemudian digabungkan dengan telur dan diberikan bubuk pedas.
Lalu kami melihat pembuatan dari cilor ini, yaitu aci yang telah dipotong dadu, kemudian digoreng bersama telur yang telah diaduk lalu setelah itu dibubuhkan bubuk pedas. Selain melakukan interview, teman kelompok saya juga mencicipi jajanan pasar cilor, namun saya pribadi tidak ikut mencicipi sehingga saya tidak mengetahui bagaimana rasa dari cilor ini.
Gambar 22. Penjual Jajanan Khas Betawi "Cilor"
Kemudian kami melanjutkan perjalanan dan bertemu dengan penjual jajanan pasar khas Betawi lainnya, yaitu “kue rangi”. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, kami juga melakukan interview kepada penjual “kue rangi”. Tak seperti penjual cilor yang malu-malu untuk di interview, penjual kue rangi ini, sangat ramah ketika di interview. Ia menjawab beberapa pertanyaan yang kami ajukan dengan tersenyum. Bahkan ia bercerita bahwa ia telah menjual kue rangi semenjak ia keluar dari SMP hingga sekarang, serta saat ini memiliki seorang anak. 
Gambar 23. Penjual Jajanan Pasar Khas Betawi "Kue Rangi"
Penjual kue rangi ini mengaku bahwa ia terkadang pulang hingga maghrib agar kue rangi yang ia jual habis. Namun ia berkata bahwa tiap harinya ia selalu menghabiskan jualannya. Jika di kawasan Setu Babakan sedang ramai didatangi pengunjung, maka jualannya juga bisa lebih cepat habis, sekitar jam 3 sore ia sudah bisa menghabiskan jualannya. Ia juga berkata bahwa menjadi pedagang tidak tentu keuntungannya, karena rezeki tiap orang berbeda-beda.
Dan penjual kue rangi ini juga memberitahukan bahan-bahan dari kue rangi, yaitu sagu ketan, tepung ketan, kelapa, dan gula aren yang dicairkan. Lalu kami melihat bagaimana pembuatan kue rangi ini. Kue rangi dibakar dengan menggunakan tungku yang masih tradisional tradisional. Setelah kue rangi siap dibakar,  kemudian kue rangi disiram dengan gula air yang telah dicairkan. Kami semua mencicipi kue rangi ini, dan menurut saya kue rangi ini lezat dan cocok dijadikan cemilan ketika sedang santai.

Gambar 24. Pembuatan Kue Rangi
Setelah melakukan interview dengan beberapa penjual jajanan khas Betawi dan mencicipinya, kemudian kami melanjutkan perjalanan dan tibalah kami pada dermaga untuk dragon boat. Awalnya kami tidak berniat untuk menaiki dragon boat ini, karena kami awalnya sedikit takut untuk menaikinya. Lalu tiba-tiba Bapak Carolus mendatangi kami dan menyemangati kami serta mengatakan jika kami aman untuk menaiki salah satu wisata air ini.
Gambar 25. Bapak Rahmanto, Bapak Carolus, dan Petugas Dermaga
Akhirnya kami memutuskan untuk menaiki dragon boat. Meski awalnya kami sedikit merasa takut, namun setelah berada di dalam dragon boat, kami mulai menikmati perjalanan kami dan juga kami dapat melihat pemandangan Setu Babakan yang indah dari tengah danau.
Gambar 26. KARDUS Menaiki Dragon Boat
Setelah kami kembali ke daratan, kami lalu melanjutkan perjalanan dan menemukan tempat pembuatan gantungan kunci yang ditulis nama dan digambar. Gantungan kunci ini merupakan salah satu oleh-oleh yang terdapat di Setu Babakan. Tidak hanya menjual gantungan kunci, toko ini juga menjual mainan tempo dulu.
Gambar 27. Toko yang Menjual Oleh-Oleh
Tepat di samping toko oleh-oleh ini kami menemukan suatu hal yang unik, yaitu papan jalan yang bertuliskan “Ati-Ati Banyak Bocah”. Jika biasanya kita melihat papan jalan dengan bahasa yang formal, berbeda dengan ini, sehingga kami mengambil foto di papan jalan ini.
Gambar 28. Berfoto Bersama di Papan Jalan
Setelah berfoto bersama, kemudian kami berkumpul dengan kelompok lain dari kelas LB64. Sambil menunggu waktu makan siang, kami bercanda tawa bersama di salah satu tempat makan di kawasan Setu Babakan.
Gambar 29. Berkumpul Bersama Kelas LB64
Lalu tepat pada pukul 12 siang, kami bergegas kembali ke meeting point untuk menyantap makan siang bersama. Setelah makan siang usai, kami lalu diwajibkan oleh Bapak Carolus untuk menampilkan yel-yel per kelompok. Sesudah menampilkan yel-yel kami segera bergegas melanjutkan perjalanan kami untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Gambar 30. Makan Siang Bersama Kelas LB64
Sebelum kami melanjutkan perjalanan kami, kami melaksanakan sholat zuhur terlebih dahulu di salah satu mushola yang berada di Setu Babakan. Mushola di Setu Babakan ini berbentuk seperti rumah adat Betawi, mirip seperti rumah-rumah adat yang berada di sekitarnya. Setelah selesai melaksanakan sholat zuhur, kami melanjutkan untuk melakukan interview dengan masyarakat sekitar berkaitan dengan materi yang diberikan kepada kami.
Kami melakukan interview kepada ibu dan nenek penjual oleh-oleh khas Betawi yang merupakan warga asli Betawi yang tinggal di Setu Babakan. Ibu penjual oleh-oleh ini berusia 38 tahun, dan nenek penjual oleh-oleh ini berusia 64 tahun. Menurut pengakuan mereka, wilayah Setu Babakan ini dijadikan tempat pariwisata sekitar 15 tahun yang lalu, dan mereka merasa hal ini tidak merugikan, justru membantu perekonomian mereka dengan berjualan.
Gambar 31. Ibu Penjual Oleh-Oleh
Gambar 32. Nenek Penjual Oleh-Oleh
Menurut pengakuan dari ibu penjual oleh-oleh ini, sebelum Setu Babakan menjadi tempat pariwisata, penduduk di Setu Babakan ini hampir seluruhnya merupakan warga asli suku Betawi, namun setelah wilayah Setu Babakan ini dijadikan tempat pariwisata, banyak suku selain Betawi yang tinggal disini. Walaupun telah banyak suku lain yang tinggal disini, mayoritas penduduk di Setu Babakan tetap warga asli suku Betawi.
Lalu berkaitan dengan sistem kekerabatan yang terjalin, nenek penjual oleh-oleh mengatakan, kekerabatan di wilayah Setu Babakan ini terjalin dengan baik. Bahkan mereka menganggap seluruh warga seperti saudara sendiri. Dan di Setu Babakan ini aktivitas warga yang sering dilakukan adalah pergelaran seni seperti tari, silat, marawis, dan lainnya.
Setelah kami usai melakukan interview, kemudian kami dikumpulkan untuk melakukan foto bersama dan bersiap-siap untuk pulang. 
Gambar 33. Berfoto Bersama kelas LB64
Berfoto Bersama Jurusan Psikologi Angkatan 2018
Sekitar pukul 3 sore, kami bergegas pulang dengan menaiki bus dan menempuh perjalanan. Sesampainya di Binus, sekitar pukul 5 sore, kami dikumpulkan kembali untuk berdoa bersama karena telah sampai dengan selamat dan acara field trip ini berjalan dengan lancar.

3. KESIMPULAN

Setu Babakan adalah wilayah yang menonjolkan budaya Betawi yang merupakan suku asli dari kota Jakarta. Dari semua rangkaian kegiatan yang saya dan mahasiswa jurusan Psikologi angkatan 2018 BINUS UNIVERSITY lakukan, saya menarik kesimpulan bahwa kegiatan field trip ini sangat bermanfaat. Dimana sesuai dengan kelebihan field trip yang saya bahas sebelumnya. Menurut saya kegiatan ini dapat membantu mahasiswa lebih mengenal dan peduli dengan budaya yang ada.
Dengan melestarikan budaya seperti di kawasan Setu Babakan ini, dapat membantu agar budaya yang kita miliki tidak hilang ataupun diklaim oleh negara lain. Menjadikan wilayah yang masih kental dengan adat sebagai tempat pariwisata adalah hal yang benar. Tidak hanya melestarikan, hal ini juga dapat membantu kaum muda untuk tidak terlarut dalam perkembangan modernitas yang ada.
Berkaitan dengan materi yang kelompok saya dapatkan dan dilihat dari hasil interview yang kami lakukan, menurut saya suatu budaya adalah hal yang sangat penting. Dimana kita tidak seharusnya meninggalkan budaya yang ada untuk mengikuti perkembangan zaman. Tapi, melestarikan suatu budaya bukan dengan cara meremehkan budaya lain, seharusnya kita sama-sama melestarikan budaya yang ada dan saling menghargai adat-adat yang kita miliki.
Saling menjaga peninggalan budaya walaupun itu bukan merupakan budaya dari suku asal kita. Kita sebagai warga Indonesia yang terdapat berbagai macam suku dan budaya seharusnya saling bertoleransi dan bersatu mempertahankan dan melestarikan budaya yang kita miliki agar tidak diambil oleh negara lain dan tidak hilang akibat pengaruh dari perkembangan zaman.
Hal yang saya dapatkan dalam perjalanan ini adalah, saya dapat melihat rumah-rumah adat Betawi, kesenian Betawi yang ditampilkan, mencicipi berbagai kuliner khas Betawi, membeli oleh-oleh khas Betawi dan mencoba fasilitas rekreasi yang ada. Serta menikmati indahnya pemandangan alam.
Perjalanan ini tidak hanya mengenalkan saya akan budaya Betawi, tetapi juga menyadarkan saya bahwa efek modernitas lama-kelamaan telah mulai meruntuhkan budaya yang ada. Sehingga hal ini memotivasi saya untuk lebih peduli dan mau membantu melestarikan budaya yang ada di Indonesia.
Selain dari budaya, hal yang saya dapatkan dari perjalanan ini berkaitan dengan kekompakan yang semakin terjalin di antara kelompok saya. Kami semakin merasa nyaman dan merasa seperti keluarga sendiri. Dan saya juga merasa lebih kompak dengan kelas LB64. Dengan diadakannya perjalanan ini, kami semakin membangun rasa saling memahami dan kenyamanan di antara satu sama lain.