Saya kali ini akan memposting perjalanan fieldtrip yang saya lakukan bersama mahasiswa
jurusan psikologi angkatan 2018 BINUS UNIVERSITY. Fieldtrip ini berlokasi
di Setu Babakan, Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta
Selatan, Indonesia dekat Depok. Tidak lupa
saya ucapkan terima kasih kepada Bapak
RD. C. Suharyanto, M.Si., MA., LMFT., Bapak
Rahmanto, dan Bapak Drs. Yosef Dedy Pradipto,
L. Th, M. Hum selaku dosen-dosen psikologi angkatan 2018 untuk mata kuliah Ilmu Sosial
untuk Psikologi: Filsafat Manusia, Sosiologi, dan Antropologi, di BINUS
UNIVERSITY, karena berkat bapak dosen, maka
acara fieldtrip ini dapat terlaksana dengan baik. Sebelum saya
menceritakan perjalanan yang saya lakukan, saya akan menjelaskan terlebih
dahulu Setu Babakan dan apa saja hal yang ada di dalamnya. Perjalanan fieldtrip
yang saya lakukan ini juga dapat dilihat pada video dibawah ini.
1. DESKRIPSI
LOKASI FIELD TRIP
Setu Babakan atau Danau Babakan berlokasi di
Jagakarsa. Tempat ini khusus ditujukan untuk pelestarian dan kemajuan seni dan
budaya Betawi yang merupakan penduduk asli dari kota Jakarta. Di dalam Setu
Babakan ini berbagai kesenian dan pertunjukan budaya dari suku Betawi
ditampilkan secara regular. Di dalam Setu Babakan ini juga terdapat rumah
Betawi asli, makanan khas Betawi, dan jajanan pasar Betawi.
Setu babakan ini terletak tepat di sebelah kantor unit pengelola
perkampungan budaya betawi. Sebelum melewati pintu masuk Setu Babakan, terdapat
jadwal pergelaran kesenian Betawi di perkampungan budaya Betawi Setu Babakan
yang berisi kegiatan seni yang akan ditampilkan tiap bulannya.
Gambar 1. Kantor Unit
Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi
|
Gambar 2. Jadwal Pergelaran Kesenian Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan |
Gambar 3. Foto-Foto
Kegiatan di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
|
Gambar 4. Kegiatan
Marawis di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
|
1.1. Danau Babakan
Danau Babakan merupakan nama
lain dari Setu Babakan, karena di dalam perkampungan budaya Setu Babakan ini
terdapat danau yang luas. Dimana air danau ini berasal dari sungai Ciliwung
yang berguna sebagai penampung air resapan untuk wilayah selatan Jakarta.
Gambar 5. Danau Babakan
|
1.2. Rumah Adat Betawi
Di dalam Setu Babakan terdapat rumah-rumah
adat Betawi. Salah satu rumah adat betawi yang banyak terlihat adalah rumah
adat Betawi bernama “Gudang” dan terdapat hotel yang dibangun menyerupai rumah
adat Betawi.
Gambar 6. Rumah Adat
Betawi "Gudang" di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
|
Gambar 7. Hotel yang
Menyerupai Rumah Adat Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
|
1.3. Kuliner
Terdapat berbagai
wisata kuliner yang dapat dicicipi di dalam Setu Babakan. Mulai dari makanan dan
minuman, hingga jajanan pasar khas Betawi. Kuliner yang dapat dicicipi antara
lain seperti kerak telor, toge goreng, es selendang mayang, soto betawi,
ketoprak, cilor, kue rangi, gulali, arum manis dan lain-lain. Para penjual
makanan dan minuman ini berada di sekitar danau babakan.
Gambar 8. Tenda-Tenda
Penjual Makanan di Sekitar Danau Babakan
|
Gambar 9. Gerobak
Makanan Khas Betawi
|
Gambar 10. Minuman Khas
Betawi "Es Selendang Mayang"
|
Gambar 11. Makanan Khas Betawi "Kerak Telor"
|
Gambar 12. Penjual Jajanan Khas Betawi "Gulali" |
Tak hanya makanan dan
minuman khas betawi yang berada di Setu Babakan, oleh-oleh khas Betawi juga
banyak dijual, seperti bir pletok, akar kelapa, kembang goyang, dan lain-lain.
Gambar 13. Oleh-Oleh Khas Betawi |
1.4. Fasilitas Rekreasi
Setu Babakan menyediakan beberapa fasilitas
rekreasi untuk dinikmati oleh pengunjung. Fasilitas rekreasi ini beragam,
seperti wisata air perahu bebek, dragon
boat, dan lainnya. Dan jika kita ingin agar safety, maka disediakan pelampung baju untuk dipakai.
Gambar 14. Fasilitas
Rekreasi Wisata Air di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
|
Gambar 15. Wisata Air
Perahu Bebek
|
Gambar 16. Wisata Air
Dragon Boat
|
Gambar 17. Kelompok
KARDUS Menaiki Wisata Air Dragon Boat
|
2. DESKRIPSI
PERJALANAN
Pada hari Sabtu, 13 Juni 2015 tepat pukul 7
pagi, mahasiswa jurusan Psikologi angkatan 2018 BINUS UNIVERSITY, berkumpul di
depan admisi kampus Anggrek BINUS. Kami dikumpulkan untuk diberikan arahan oleh
Bapak Carolus dan Bapak Rahmanto selaku dosen untuk mata kuliah Ilmu Sosial untuk Psikologi: Filsafat Manusia,
Sosiologi, dan Antropologi. Bapak Dedy yang juga sebagai salah satu dosen untuk
mata kuliah ini, berhalangan hadir sehingga kami hanya dibimbing oleh Bapak
Carolus dan Bapak Rahmanto.
Pada saat berkumpul di depan
admisi ini, kami diberikan pengarahan mengenai aturan-aturan yang harus kami
patuhi, pembagian bus yang akan kami naiki, dan pengarahan lain untuk menjaga
keselamatan kami. Setelah pengarahan selesai diberikan, kemudian ditutup dengan
doa yang dipimpin oleh Bapak Carolus dan berfoto bersama. Lalu kami menaiki bus
yang telah disediakan dan berangkat menuju Setu Babakan.
Gambar 18. Suasana di
Dalam Bus Kelas LB64 dan LC64
|
Setelah menghabiskan waktu
selama lebih kurang satu setengah jam, akhirnya kami sampai dan langsung memasuki
kawasan Setu Babakan. Setelah Bus berhenti, kami kemudian keluar dari bus untuk
menuju tempat yang telah ditentukan.
Gambar 19. Peserta
Fieldtrip Keluar dari Bus
|
Sebelum melakukan
perjalanan, kami terlebih dahulu dikumpulkan di meeting point yang telah ditentukan. Pada meeting point ini kami diberitahukan rundown acara sehingga kami mengetahui kapan harus kembali
berkumpul di meeting point setelah
kami melakukan perjalanan bersama kelompok masing-masing.
Gambar 20. Bapak Rahmanto
dan Bapak Carolus (Dari Kiri) Ketika Memberikan Pengarahan
|
Kemudian kami diberikan
kebebasan melakukan perjalanan bersama kelompok masing-masing untuk mengerjakan
tugas dan berkeliling melihat situasi di kawasan Setu Babakan. Kelompok saya
bernama KARDUS, yang merupakan singkatan dari Kami Anak Romo Dari Universitas
binuS.
Gambar 21. Adit, Bunga, Pinky, Rini, dan Hanss (Dari Kiri) |
Pertama kali kami melakukan interview kepada salah satu penjual
jajanan khas betawi, cilor (aci telor). Namun dikarenakan sang penjual malu
untuk di interview, sehingga ia hanya
menjawab singkat dengan suara pelan. Namun kami menangkap dari apa yang ia
katakan, bahwa bahan dasar dari cilor adalah sagu kemudian digabungkan dengan
telur dan diberikan bubuk pedas.
Lalu kami melihat pembuatan
dari cilor ini, yaitu aci yang telah dipotong dadu, kemudian digoreng bersama
telur yang telah diaduk lalu setelah itu dibubuhkan bubuk pedas. Selain
melakukan interview, teman kelompok
saya juga mencicipi jajanan pasar cilor, namun saya pribadi tidak ikut
mencicipi sehingga saya tidak mengetahui bagaimana rasa dari cilor ini.
Gambar 22. Penjual
Jajanan Khas Betawi "Cilor"
|
Kemudian kami melanjutkan perjalanan dan bertemu
dengan penjual jajanan pasar khas Betawi lainnya, yaitu “kue rangi”. Tidak mau
menyia-nyiakan kesempatan, kami juga melakukan interview kepada penjual “kue rangi”. Tak seperti penjual cilor
yang malu-malu untuk di interview, penjual
kue rangi ini, sangat ramah ketika di interview.
Ia menjawab beberapa pertanyaan yang kami ajukan dengan tersenyum. Bahkan
ia bercerita bahwa ia telah menjual kue rangi semenjak ia keluar dari SMP
hingga sekarang, serta saat ini memiliki seorang anak.
Gambar 23. Penjual
Jajanan Pasar Khas Betawi "Kue Rangi"
|
Penjual kue rangi ini
mengaku bahwa ia terkadang pulang hingga maghrib agar kue rangi yang ia jual habis.
Namun ia berkata bahwa tiap harinya ia selalu menghabiskan jualannya. Jika di
kawasan Setu Babakan sedang ramai didatangi pengunjung, maka jualannya juga
bisa lebih cepat habis, sekitar jam 3 sore ia sudah bisa menghabiskan jualannya.
Ia juga berkata bahwa menjadi pedagang tidak tentu keuntungannya, karena rezeki
tiap orang berbeda-beda.
Dan penjual kue rangi
ini juga memberitahukan bahan-bahan dari kue rangi, yaitu sagu ketan, tepung
ketan, kelapa, dan gula aren yang dicairkan. Lalu kami melihat bagaimana
pembuatan kue rangi ini. Kue rangi dibakar dengan menggunakan tungku yang masih
tradisional tradisional. Setelah kue rangi siap dibakar, kemudian kue rangi disiram dengan gula air
yang telah dicairkan. Kami semua mencicipi kue rangi ini, dan menurut saya kue
rangi ini lezat dan cocok dijadikan cemilan ketika sedang santai.
Gambar 24. Pembuatan Kue
Rangi
|
Setelah melakukan interview dengan beberapa penjual
jajanan khas Betawi dan mencicipinya, kemudian kami melanjutkan perjalanan dan
tibalah kami pada dermaga untuk dragon
boat. Awalnya kami tidak berniat untuk menaiki dragon boat ini, karena kami awalnya sedikit takut untuk menaikinya.
Lalu tiba-tiba Bapak Carolus mendatangi kami dan menyemangati kami serta
mengatakan jika kami aman untuk menaiki salah satu wisata air ini.
Gambar 25. Bapak
Rahmanto, Bapak Carolus, dan Petugas Dermaga
|
Akhirnya kami memutuskan
untuk menaiki dragon boat. Meski
awalnya kami sedikit merasa takut, namun setelah berada di dalam dragon boat, kami mulai menikmati
perjalanan kami dan juga kami dapat melihat pemandangan Setu Babakan yang indah
dari tengah danau.
Gambar 26. KARDUS Menaiki Dragon Boat |
Setelah kami kembali
ke daratan, kami lalu melanjutkan perjalanan dan menemukan tempat pembuatan
gantungan kunci yang ditulis nama dan digambar. Gantungan kunci ini merupakan
salah satu oleh-oleh yang terdapat di Setu Babakan. Tidak hanya menjual
gantungan kunci, toko ini juga menjual mainan tempo dulu.
Gambar 27. Toko yang
Menjual Oleh-Oleh
|
Tepat di samping toko
oleh-oleh ini kami menemukan suatu hal yang unik, yaitu papan jalan yang
bertuliskan “Ati-Ati Banyak Bocah”. Jika biasanya kita melihat papan jalan
dengan bahasa yang formal, berbeda dengan ini, sehingga kami mengambil foto di
papan jalan ini.
Gambar 28. Berfoto
Bersama di Papan Jalan
|
Setelah berfoto
bersama, kemudian kami berkumpul dengan kelompok lain dari kelas LB64. Sambil
menunggu waktu makan siang, kami bercanda tawa bersama di salah satu tempat
makan di kawasan Setu Babakan.
Gambar 29. Berkumpul
Bersama Kelas LB64
|
Lalu tepat pada pukul 12
siang, kami bergegas kembali ke meeting
point untuk menyantap makan siang bersama. Setelah makan siang usai, kami
lalu diwajibkan oleh Bapak Carolus untuk menampilkan yel-yel per kelompok.
Sesudah menampilkan yel-yel kami segera bergegas melanjutkan perjalanan kami
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Gambar 30. Makan Siang
Bersama Kelas LB64
|
Sebelum kami
melanjutkan perjalanan kami, kami melaksanakan sholat zuhur terlebih dahulu di
salah satu mushola yang berada di Setu Babakan. Mushola di Setu Babakan ini
berbentuk seperti rumah adat Betawi, mirip seperti rumah-rumah adat yang berada
di sekitarnya. Setelah selesai melaksanakan sholat zuhur, kami melanjutkan
untuk melakukan interview dengan
masyarakat sekitar berkaitan dengan materi yang diberikan kepada kami.
Kami melakukan interview kepada ibu dan nenek penjual
oleh-oleh khas Betawi yang merupakan warga asli Betawi yang tinggal di Setu Babakan.
Ibu penjual oleh-oleh ini berusia 38 tahun, dan nenek penjual oleh-oleh ini
berusia 64 tahun. Menurut pengakuan mereka, wilayah Setu Babakan ini dijadikan
tempat pariwisata sekitar 15 tahun yang lalu, dan mereka merasa hal ini tidak
merugikan, justru membantu perekonomian mereka dengan berjualan.
Gambar 31. Ibu Penjual
Oleh-Oleh
|
Gambar 32. Nenek Penjual
Oleh-Oleh
|
Menurut pengakuan
dari ibu penjual oleh-oleh ini, sebelum Setu Babakan menjadi tempat pariwisata,
penduduk di Setu Babakan ini hampir seluruhnya merupakan warga asli suku Betawi,
namun setelah wilayah Setu Babakan ini dijadikan tempat pariwisata, banyak suku
selain Betawi yang tinggal disini. Walaupun telah banyak suku lain yang tinggal
disini, mayoritas penduduk di Setu Babakan tetap warga asli suku Betawi.
Lalu berkaitan dengan
sistem kekerabatan yang terjalin, nenek penjual oleh-oleh mengatakan, kekerabatan
di wilayah Setu Babakan ini terjalin dengan baik. Bahkan mereka menganggap
seluruh warga seperti saudara sendiri. Dan di Setu Babakan ini aktivitas warga
yang sering dilakukan adalah pergelaran seni seperti tari, silat, marawis, dan
lainnya.
Setelah kami usai
melakukan interview, kemudian kami
dikumpulkan untuk melakukan foto bersama dan bersiap-siap untuk pulang.
Gambar 33. Berfoto Bersama kelas LB64 |
Berfoto Bersama Jurusan Psikologi Angkatan 2018 |
Sekitar
pukul 3 sore, kami bergegas pulang dengan menaiki bus dan menempuh perjalanan.
Sesampainya di Binus, sekitar pukul 5 sore, kami dikumpulkan kembali untuk
berdoa bersama karena telah sampai dengan selamat dan acara field trip ini berjalan dengan lancar.
3. KESIMPULAN
Setu Babakan
adalah wilayah yang menonjolkan budaya Betawi yang merupakan suku asli dari
kota Jakarta. Dari semua rangkaian kegiatan yang saya dan mahasiswa jurusan
Psikologi angkatan 2018 BINUS UNIVERSITY lakukan, saya menarik kesimpulan bahwa
kegiatan field trip ini sangat
bermanfaat. Dimana sesuai dengan kelebihan field
trip yang saya bahas sebelumnya. Menurut saya kegiatan ini dapat membantu
mahasiswa lebih mengenal dan peduli dengan budaya yang ada.
Dengan
melestarikan budaya seperti di kawasan Setu Babakan ini, dapat membantu agar
budaya yang kita miliki tidak hilang ataupun diklaim oleh negara lain.
Menjadikan wilayah yang masih kental dengan adat sebagai tempat pariwisata
adalah hal yang benar. Tidak hanya melestarikan, hal ini juga dapat membantu
kaum muda untuk tidak terlarut dalam perkembangan modernitas yang ada.
Berkaitan dengan
materi yang kelompok saya dapatkan dan dilihat dari hasil interview yang kami lakukan, menurut saya suatu budaya adalah hal
yang sangat penting. Dimana kita tidak seharusnya meninggalkan budaya yang ada
untuk mengikuti perkembangan zaman. Tapi, melestarikan suatu budaya bukan
dengan cara meremehkan budaya lain, seharusnya kita sama-sama melestarikan
budaya yang ada dan saling menghargai adat-adat yang kita miliki.
Saling menjaga
peninggalan budaya walaupun itu bukan merupakan budaya dari suku asal kita. Kita
sebagai warga Indonesia yang terdapat berbagai macam suku dan budaya seharusnya
saling bertoleransi dan bersatu mempertahankan dan melestarikan budaya yang
kita miliki agar tidak diambil oleh negara lain dan tidak hilang akibat
pengaruh dari perkembangan zaman.
Hal yang saya
dapatkan dalam perjalanan ini adalah, saya dapat melihat rumah-rumah adat
Betawi, kesenian Betawi yang ditampilkan, mencicipi berbagai kuliner khas
Betawi, membeli oleh-oleh khas Betawi dan mencoba fasilitas rekreasi yang ada. Serta
menikmati indahnya pemandangan alam.
Perjalanan ini
tidak hanya mengenalkan saya akan budaya Betawi, tetapi juga menyadarkan saya
bahwa efek modernitas lama-kelamaan telah mulai meruntuhkan budaya yang ada.
Sehingga hal ini memotivasi saya untuk lebih peduli dan mau membantu
melestarikan budaya yang ada di Indonesia.
Selain dari
budaya, hal yang saya dapatkan dari perjalanan ini berkaitan dengan kekompakan
yang semakin terjalin di antara kelompok saya. Kami semakin merasa nyaman dan
merasa seperti keluarga sendiri. Dan saya juga merasa lebih kompak dengan kelas
LB64. Dengan diadakannya perjalanan ini, kami semakin membangun rasa saling
memahami dan kenyamanan di antara satu sama lain.